Rabu, 16 Agustus 2023

MANG ATANG (MASKOT AING TANGERANG)


kata "Mang" dipake Masyarakat Sunda Tangerang jang sebutan ka jelama usia paruh baya alias kolot teuing teu ngora teuing teu, "Mang atau Mamang" oge biasa dipake jang ngagerokeun tukang dagang naon bae atawa jalema nu urang can apal ngaranna.


Sedangkeun kata "Atang" nyaeta singkatan ti "Aing Tangerang" ngaran Atang oge identik jeung ngaran urang Sunda.







 

Minggu, 11 Oktober 2020

KATA-KATA KHAS SUNDA TANGERANG

Berikut adalah Kata-Kata Khas Sunda Tangerang yang harus kalian ketahui. #aingtangerang #sundatangerang

 








 

Jumat, 02 Oktober 2020

KANG UDEL : SUNDA TANGERANG HARUS BEBAS DARI BELENGGU "KASAR"

 Oleh kang Udel Aing Tangerang

Tidak tahu kenapa, saya suka kesal, marah, dan merasa tidak terima bilamana ada orang yang mengatakan Sunda Tangerang atau Sunda Banten itu Sunda Kasar. Apalagi yang megatakan ‘Kasar’ itu orang diluar Sunda dan tidak memahami bahasa Sunda. Bahkan ketika saya dan kawan-kawan membentuk ‘Aing Tangerang’ banyak yang mencaci, mengutuk, hingga memaksa saya untuk menggati kata ‘Aing’ karna di nilai tidak pantas dan sangat kasar.

Mereka kebanyakan yang melakukan protes keras, hatinya pun keras, tidak mau terlebih dahulu mendengarkan maksud dan tujuan dibalik dari dibuatnya dan digunakannya nama ‘Aing Tangerang’

Lalu kenapa kang kok ngotot pakai nama ‘Aing Tangerang’? karna selain untuk wadah melestarikan bahasa Sunda Tangerang, salah satu tujuannya adalah agar masyarakat Sunda Tangerang bisa terlepas dari Belenggu opini ‘Kasar’. Hah Opini? Bukan kah Kasar memang ada dalam istilah ‘Undak Usuk Basa Sunda’ (UUBS)? Iyah itu lah akar permasalahannya, kenapa Sunda Tangerang harus lepas dari Belenggu ‘Kasar’ karna istilah ‘Kasar’ adanya di sistem ‘UUBS’ sedangkan kami di Sunda Tangerang tidak terpengaruh dengan adanya Sistem ‘UUBS’.

Tidak ada sedikit pun maksud saya merendahkan sistem UUBS atau merendahkan bahasa Sunda yang terpengaruh oleh UUBS namun pada kenyataanya, memang kami di Sunda Tangerang tidak bisa dipaksakan mengikuti sistem UUBS, itu alasannya mengapa kami orang Sunda Tangerang sering mendapat nilai kecil pelajaran Bahasa Sunda, ya karna bahasa Sunda yang dipelajari disekolah tidak sinkron dengan apa yang diajarkan orangtua kami dan yang kami pakai di percakapan sehari-hari.

Saya memiliki pengalaman dibentak oleh guru bahasa Sunda ketika SMP, karna ketika jam pelajaran bahasa Sunda saya mengatakan ‘Euweuh’ (Tidak Ada). “Heh tong nyarios Euweuh, Teu aya kitu” (Bentak guru bahasa Sunda saya pada saat itu)
Padahal dalam percakapan sehari-hari, kami di Sunda Tangerang biasa menggunakan kata ‘Euweuh’ baik ke teman sebaya maupun ke orang tua kami tanpa perlu mengganti dengan kata ‘Teu Aya’.

Juga kata-kata lainnya, ketika berbicara dengan orang tua, kami disini tidak perlu mengganti-ganti kata, contohnya seperti beberapa kata berikut yang tergolong ‘Kasar’ di UUBS tapi kami biasa pakai di percakapan sehar-hari kepada orang tua : “Ngomong, Meuli, Dahar, Euweuh, Ulin, Ulah, Poho, Isin, dan masih banyak lagi.

Jadi ketika berbicara dengan orang tua, kami bilang ngomong ya ngomong, tidak perlu diganti dengan “Nyarios”, Euweuh ya Euweuh tidak perlu di ganti “Teu Aya”, Meuli ya Meuli tidak perlu diganti “Meser”, dan dalam Sunda Tangerang, kami tidak mengganti kata ‘Aing’ dengan kata “Abdi, Kuring, Sim Abdi, Simkuring” ketika berbicara dengan orang tua tapi kami menggunakan kata “Urang, atau Kula”.

Lalu kenapa kok bisa beda dengan Sunda di Jawa Barat dan kenapa tidak ngikutin UUBS? Kalau kalian membaca artikel sejarah Bahasa Sunda kalian akan menemukan jawabannya, jadi awalnya ada Sunda itu tidak memakai UUBS, itu bisa dibuktikan dengan ditemukannya beberapa prasasti dan bukti sejarah lainnya yang menyebutkan kata Aing dan Siya/Sia digunakan didalam Bahasa Sunda Kuno dalam arti lain Sunda Kuno itu sangat Egaliter.

Ada pula beberapa pihak yang berpendapat Sunda diwilayah Kulon (barat) Sunda Banten dan sekitarnya, merupakan Sunda Buhun, karna masih memakai sistem Sunda Egaliter dan tidak terpengaruh dengan adanya sistem UUBS.

Kembali ke Sunda Tangerang, Alhamdulillah saat ini masyarakat Sunda Tangerang mulai teredukasi dan mulai menyadari bahwa Sunda yang ada di Tangerang ya memang seperti ini adanya, tidak perlu dibenturkan dan dipaksakan menggunakan UUBS, bahkan dukungan kepada Yayasan Aing Tangerang wadah untuk melestarikan bahasa Sunda Tangerang yang kami bentuk semakin banyak, dukungan itu berasal bukan hanya dari masyarakat Sunda Tangerang bahkan masyarakat diluar Sunda Tangerang.

Penggunaan bahasa khas Sunda Tangerang pun tidak hanya disuarakan oleh Yayasan Aing Tangerang namun, mulai digunakan juga oleh berbagai instansi, seperti instansi pemerintahan kabupaten Tangerang, lebih tepatnya yaitu Badan Pendapatan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Tangerang, melakukan sosialisasi untuk tepat membayar pajak kepada masyarakat dengan menggunakan kata “Ulah Poho, Mayar PBB” dan Pemkab Tangerang juga membranikan membuat ajakan mencoblos dipilkada 2018 dengan slogan 'Aing Tangerang, Aing Nyoblos", juga saat ini yang terbaru spanduk himbauan pencegahan penularan wabah Covid 19 dari Pemkab Tangerang, Kodim 0510 Tigaraksa, dan Polresta Kota Tangerang yang berbahasa Sunda dengan memakai kata “Dulur-Dulur, Ulah Poho, Kudu 3M”,

Yang membuat saya bernafas lega juga tersenyum ketika membaca spanduk-spanduk instansi ini adalah, kepercayaan instansi untuk menggunakan kosakata khas Sunda Tangerang tanpa memikirkan aspek sistem UUBS, padahal ketika saya SD ada beberapa spanduk dan himbauan dari instansi pemerintah menggunakan bahasa Sunda tapi tidak dengan kata “Ulah Poho” melainkan menggunakan kata “Tong Khilap” wajar saja karna pada saat itu Tangerang masih masuk ke Provinsi Jawa Barat sehingga dalam spanduk berbahasa Sunda pun harus mengikuti sistem dalam UUBS. Namun sekarang tidak bisa dipaksakan memakai “Tong Khilap” karna kata itu tidak familiar bagi masyarakat Sunda Tangerang sehingga kata “Ulah Poho” jauh lebih cocok.

Selain pihak instansi, pelestarian bahasa Sunda Tangerang juga semakin meningkat, khususnya dikalangan para konten kreator, saat ini banyak sekali para konten kretor di Tangerang baik video instagram (vidgram) maupun youtube dengan bangga menggunakan bahasa khas Sunda Tangerang dengan keunikan dialek/logat khas Sunda Tangerang dan tutur kosakatanya yang tidak terikat oleh UUBS.

Maka dari sekarang, untuk siapa saja kalian yang masih menganggap Sunda Tangerang – Sunda Banten itu Sunda Kasar, tolong hilangkan persepsi itu. karna istilah kasar itu adanya di sistem UUBS, dan kami disini tidak terpengaruh UUBS.
Ganti istilah Kasar dengan kata ‘Unik’ karna setiap daerah punya khazanah dan keunikannya masing-masing.

Sunda Tangerang Unik lain Kasar.

Sunda Tangerang Bangkit, Sunda Tangerang Unik, Sunda Tangerang Ulah Sampe Leungit.

*Foto : Pamplet Bapeda, Spanduk Pemkab Tangerang, pamplet pemkab tangerang (Aing Tangerang, Aing Nyoblos)


 






LOGO KORWIL YAYASAN AING TANGERANG

Ini lah logo-logo Wilayah Yayasan Aing Tangerang.






MANG ATANG MASKOT AING TANGERANG

 ini lah Mang Atang maskot Aing Tangerang





LOGO YAYASAN AING TANGERANG

 ini Logo Yayasan Sosial Aing Tangerang





MANG ATANG (MASKOT AING TANGERANG)

kata "Mang" dipake Masyarakat Sunda Tangerang jang sebutan ka jelama usia paruh baya alias kolot teuing teu ngora teuing teu, &quo...