SUNDA TANGERANG
Bahasa Ibu yang harus kita lestarikan, Tanpa Alasan…
Bahasa Ibu yang harus kita lestarikan, Tanpa Alasan…
Ditulis oleh : Muhamad Nur, S.S. (Kang Udel)
Sebenarnya saya ini bukan 100% berdarah Sunda, karna status bapak saya yang Wong Malang, Jawa Timur. Jadi, bisa dikatakan saya ini turunan MATANG (Bapak Malang-Ibu Tangerang) tapi, saya merasa bangga terlahir dilingkungan Sunda Tangerang, sejak kecil saya sudah dikenalkan dengan bahasa Ibu saya ini yaitu Sunda Tangerang, Emak dan ketiga Teteh saya juga sangat menguasai Sunda Tangerang, kami selalu menggunakan bahasa Sunda Tangerang dalam komunikasi sehari-hari, hanya ketika berkomunikasi dengan Bapak saja saya dan keluarga menggunakan bahasa Indonesia.
Dimasa kecil nan indah, sekitar tahun 2000, saya bersama teman saya selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda Tangerang, sangat lepas berbicara menggunakan bahasa kabanggan daerah kami ini, tanpa ada sedikit pun keraguan, bahkan ketika saya bermain dengan teman kecil kalau ketauan berbicara menggunakan bahasa Indonesia saya pasti diledek, wajar saja, karna pada saat itu trendnya didesa saya kalau anak kecil yang menggunakan bahasa Indonesia ketika bermain hanyalah anak dari pendatang asal kota atau daerah lain yang tinggal didesa kami,itupun kami selalu membiasakan si anak pendatang terbiasa dengan bahasa kami, hingga akhirnya dia pun menguasai bahasa Sunda Tangerang. Yah pada masa itu, Sunda Tangerang masih sangat kental didesa saya, identitas Sunda Tangerang sangat terasa dan kami para warganya menunjukannya dengan menggunakan kebudayaan, adat, serta komunikasi dalam Sunda Tangerang.
Lain dulu lain sekarang, kini Sunda Tangerang sudah mulai menghilang, Sudah cukup jarang bahkan biasa dikatakan tidak ada lagi anak kecil yang bermain disekitar rumah saya kini yang menggunakan bahasa Sunda Tangerang, banyak faktor yang mengakibatkan Sunda Tangerang mulai tak lagi digunakan oleh generasi masa kini dan faktor terbesarnya yang sangat terasa adalah karna mulai ramainya Tangerang oleh para pendatang dari berbagai daerah untuk mengadu nasib didaerah sejuta industry ini. Banyak para pendatang dari berbagai daerah di Tangerang sehingga penggunaan bahasa nasional atau bahasa Indonesia lebih dominan di Tangerang khusunya dikalangan anak kecil dan pemudanya. Namun dalam hal ini, saya tidak akan menyudutkan para pendatang yang ada di Tangerang karna bukan hak saya menyudutkan orang yang merantau ke Tangerang, selagi mereka mengikuti aturan Negara dan norma-norma yang ada yah sah-sah saja tinggal di Tangerang ditambah status dari Bapak saya juga yang notabennya adalah seorang pendatang yang kemudian menikahi Ibu saya yang asli Tangerang, justru disini saya lebih ingin memberi sedikit sentilan kepada warga asli Sunda Tangerang khususnya para pemuda yang mulai meninggalkan bahasa asli Sunda Tangerang, entah mungkin karna gengsi atau ingin terlihat lebih milenial sehingga tidak mau lagi menggunakan dan melestarikan kebudayaan dan bahasa yang diwariskan oleh pendahulunya.
Sebenarnya, banyak juga rekan-rekan saya yang berasal dari luar daerah Tangerang seperti dari Jawa dan Sumatra yang merantau ke Tangerang dan menetap di Tangerang yang pada akhirnya mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda Tangerang, yah walaupun masih terdengar aneh logat/dialeknya, Tapi hal ini terjadi karna memang mereka berada dilingkungan para pemuda Tangerang yang konsisten menggunakan bahasa Sunda Tangerang maka dengan sendirinya mereka juga ikut serta menggunakan bahasa dimana mereka tinggal. Dengan adanya contoh hal ini, kita bisa simpulkan bahwa jika dari warga Tangerang khususnya pemudanya konsisten dalam menggunakan bahasa Sunda Tangerang maka para pendatang pun akan berusaha beradaptasi dan membiasakan diri menggunakan bahasa dimana mereka tinggal, kalau di Tangerang salah satunya yaitu Sunda Tangerang.
Saya kuliah mengambil jurusan Sastra Inggris, selama 4tahun saya bukan hanya mempelajari tentang bidang Sastranya saja namun juga memepelajari yang namanya ‘Linguistic’ atau ilmu bahasa yah tentunya ilmu bahasa Inggris, sampai akhirnya mampu menguasai bahasa Inggris, setelah wisuda bisa menggunakan kemampuan bahasa Inggris untuk karir, sampai saat ini saya berkerja diperusahaan pun menggunakan kemampuan bahasa Inggris saya, baik written ketika berkomunikasi dengan vendor dari berbagai dunia via email maupun oral ketika berbicara dengan para expat. namun, saya memiliki keteguhan hati untuk tetap menggunakan bahasa ibu atau kalau versi Inggrisnya (Mother Language) yaitu Sunda Tangerang untuk berkomunikasi dengan keluarga, rekan, atau orang yang baru kenal namun dia orang Sunda. Karna bagi saya, bahasa Inggris memang perlu untuk menunjang karir saya, bahasa nasional juga wajib pastinya, dan satu lagi bahasa Ibu juga tidak akan saya lupakan, karna itulah sebagai identitas saya dan daerah saya.
Disuatu hari disalah satu SPBU diwilayah kab.Tangerang saya bertemu dengan beberapa anak wanita SMA berjumlah kurang lebih 6 orang, mereka mengendarai sepeda motor lalu hendak mengisi bahan bakar dan saya persih dibelakang mereka, dari cara bicara mereka dan memperhatikan logat bicaranya saya yakin beberapa dari mereka berasal dari keluarga Sunda Tangerang, namun saya perhatikan kembali memang ada 1 teman mereka yang bukan asli Sunda Tangerang alhasil mereka pun berbicara menggunakan bahasa Indonesia, mereka berbicara menggunakan bahasa gaul gitu, tapi sayangnya logat Sunda mereka masih terindetifikaasi oleh saya, yang lebih lucunya lagi, satu diantara mereka, yang justru logat Sundanya paling kental, mencoba mencampur kata-kata pembicaraanya menggunakan kata bahasa Inggris, yah walaupun tidak banyak kata-katanya tapi dia melakukan itu mungkin dengan tujuan supaya bisa dianggap paling gaul gitu, cuman hal itu malah membuat saya tak bisa menahan tawa, kesannya kaya memaksakan banget. Jadi si anak itu bilang ‘hah What’ (dengan logatnya yang tak bisa dihilangkan) ketika pembicaraan temannya tidak terdengar olehnya, sontak ketika mendengar kata itu saya langsung tertawa, yang saya tertawakan adalah bukan karna ‘pronunciation’ atau cara pengucapan kata si Anak tersebut yah walaupun itu juga terdengar aneh tapi saya ketawa karna si anak ini terlalu memaksakan dirinya untuk memasukan kata Inggris kedalam pembicaraan namun dalam kontek yang kurang tepat, kata ‘What’ mungkin jika diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi kata ‘Apa’ mungkin maksud si anak tersebut versi Indonesianya “Hah Apa?” tapi dia rubah menjadi ‘hah What?” nah hal ini lah yang cukup menggelitik saya, pertama ada kata “hah” yg Indonesia banget sebelum kata “What” dan yang kedua, sebenarnya kalau versi Inggris ketika kita tidak mendengar pembicaraan seseorang dan kita meminta untuk lawan bicara kita mengulanginya lagi sangat tidak dianjurkan menggunaka kata “What”, kata yang lebih tepatnya yaitu “Pardon” atau “Pardon me” atau lebih sopanya lagi “I beg your pardon sis/sir” .
Dalam cerita diatas kesimpulannya, si anak tersebut berasal dari Sunda Tangerang namun karna faktor pergaulan dia lebih bangga dan percaya diri berbicara bahasa gaul plus campuran kata Inggris, kedalam pembicaraanya agar terkesan keren… tapi jatuhnya kalau menurut penilaian saya malah gak ada kerennya sama sekali. Ini lah gambaran situasi generasi pemuda Sunda Tangerang, beberpa dari mereka jauh lebih bangga menggunakan bahasa gaul ketimbang melestarikan bahasa ibu atau bahasa asli daerahnya sendiri. Yah walaupun ada juga beberapa yang masih konsisten menggunakan Sunda Tangerang namun jumlahnya masih kalah banyak dengan mereka yang memilih berkomunikasi menggunakan bahasa gaul. Contoh lainnya seperti, Nongkrong dicafe atau direstaurant cepat saji ngomongnya sok-sok gua-elu, yoi mamen, padahal pesennya cuma minum doang, pacaran belum nikah pada manggil ayah-bunda, padahal dirumah makannya sama pais ikan peda hehehehe…. Kebanyakan lebih bangga dibilang bro dan sist daripada dibilang akang atau neng.
Amat sangat disayangkan jika kondisi ini terus berlanjut, semakin lama maka Sunda Tangerang semakin hilang ditinggalkan oleh para penerus didaerahnya sendiri, bisa jadi nanti anak cucu kita sudah tidak mengenal sama sekali bahasa ibu kita yaitu Sunda Tangerang. Maka melalui gerakan Aing Tangerang wadah untuk pelestarian budaya dan bahasa Sunda Tangerang dan Forum Komunikasi Aing Urang Sunda Tangerang kami mengajak seluruh warga Sunda Tangerang baik tua maupun muda untuk sama-sama bersinergi melestarikan bahasa ibu kebanggaan kita yaitu bahasa Sunda Tangerang.
Jangan karna alasan kemajuan zaman, perkembangaan gaya hidup, situasi Tangerang yang daerah Urban membuat kita rela meninggalkan bahasa asli Sunda Tangerang, tidak ada alasan untuk tidak menggunakan bahasa bahasa asli daerah sendiri, mulai dari sekarang mari lestarikan keunikan dan kekayaan budaya dan bahasa Sunda Tangerang.
Hayu lah ti kuwari urang babarengan mulai lestarikeun budaya jeung bahasa Sunda Tangerang, ulah sampe budaya jeung bahasa Sunda Tangerang leungit ti daerah asalna iyeu.
Salam Sunda Tangerang,
Muhamad Nur, S.S. (Kang Udel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar